Laman

5 Mei 2009

Bukit Barisan Selatan National Park






Bukit Barisan Selatan (BBS) National Park is the third largest protected area (3,568 km2) in Sumatra. The park is the main watershed for southwestern Sumatra, providing water and ecological services to local communities.

Its elongated shape makes it difficult to protect, because the ratio of boundary-to-interior is so high. The eastern boundary tends to follow the watershed, while the western boundary is located close to the foot of the mountains, and, in some areas, follows the coastline. A series of protected forest areas were created to form a buffer zone on the eastern side of the Park, but all of these have swallowed up by human encroachment.

Bukit Barisan Selatan is one of the highest priority areas for Sumatran megafauna, and in particular, for the Sumatran rhino, the Sumatran tiger, and the Sumatran elephant. It is home to the second largest population of Sumatran rhinos (Dicerorhinos sumatrensis sumatrensis), estimated between 60 and 85 animals. Sumatran rhinos have declined at a rate of 50% over the past 10 years, largely from deforestation and habitat fragmentation. There are now about 250 surviving, most on the island of Sumatra, with a remnant population on the island of Borneo.

Bukit Barisan’s elephant population was estimated to be about 500 a few years ago – now comprising about one-fourth of Sumatra’s elephant population. However, because of the Park’s configuration and associated difficulties in protection, combined with a paucity of substantial tracts of lowland forest and burgeoning encroachment into the Park for agriculture, human-elephant conflict is high. Crop raiding remains a threat – and killing of crop-raiding elephants, using guns or poison, is still occurring. Nevertheless, elephants are still common in
most of BBS and their spoor can be seen in many places.

Other species also are present in significant numbers in Bukit Barisan Selatan (including the clouded leopard, tapir, sambar, barking deer, wild boar, siamang, gibbon, and Sumatran hare) and also are at risk. Deer and pig are the main prey of Sumatran tigers, and also attract hunters. Poaching of wildlife is increasing, both from “traditional” hunters using snares and other older methods, as well as from “sportsmen”, using firearms. Firearms are widely available in the area, and sometimes are provided by the army or police. With subtle support from these groups, poachers are becoming more aggressive.

======================================================================================

Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan.

Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung.

Bagian lain kawasan Tahura ini tersiri terdiri dari CA/TW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.

FLORA DAN FAUNA

Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan lain-lain.

Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.

Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : Monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa, treggiling, dan lain-lain.

WISATA

Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara.

Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat.

Disamping itu sarana prasarana juga cukup memadai, seperti : jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak dibeberapa kawasan.

Bagi yang berminat didunia penelitian (research), Tahura Bukit Barisan juga dapat dijadikan gudang ilmu pengetahuan. Penelitian tidak terbatas pada bidang flora dan fauna saja tetapi juga mencakup bidang hidrologis serta sosial budaya.

Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan berada di Tongkoh.


Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer, perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang gajah, serta sarana karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi Tongkoh juga cocok untuk kegiatan penelitian, olah raga misalnya Lintas Wisata Alam dsb.

Masyarakat yang bermukim disekitar Tahura Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh dan Batak. Mata pencarian penduduk utamanya adalah petani dan pekebun. Produksi utama sayur mayur adalah kol, buncis, wortel, sawi, buah-buahan seperti jeruk Tanah Karo sangatlah terkenal demikian pula buah markisa banyak dikebunkan disini dan dapat dinikmati rasanya dalam bentuk sirup markisa.

Pemerintah Daerah sangat berkenan dalam pengembangan budidaya ini, misalnya dalam pentas budaya, pameran buah dalam Festival Buah yang diselenggarakan tiap tahun dsb. Upaya pelestarian budaya, budaya juga dilakukan terhadap peninggalan rumah adat seperti di Lingga.

Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung Sibayak (2.211 m) dan Gunung Sinabung (2.451 m), gunung ini sering menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menaklukkannya. Dianjurkan bila ingin mendaki gunung ini minta izin lebih dahulu kepada instansi yang berwenang, untuk persiapan segala sesuatu serta sangat diperlukan adanya pemandu keselamatan.

Tidak ada komentar: