15 Maret 2011
Tak nampak pelangi di Coban Pelangi
fiuuuh, setelah menikmati teriknya matahari dengan semilir tiupan angin laut di Bale kambang berikutnya kita menuju ke tempat sejuk. "Next we going to waterfall" I said to my little boy, Reno. And he so excited to heard that. "Yey, we go to waterfall Daddy!!" sambil jingrak-jingrak kegirangan diatas jok mobil. Lucu melihat tingkah polah dia yang tidak merasa capek menempuh perjalanan yang cukup lama didalam mobil.
Sebelumnya saat perjalanan menuju Bale Kambang tadi pagi, saya melihat sign menuju Coban Pelangi dan Tumpang. Udah kepikiran asik juga kalo mampir ke sana sekalian ke petapaan Karmel di Tumpang.
Start jam 1 siang setelah selesai acara piknik di pinggir pantai, kita menuju Coban Pelangi. Satu jam perjalanan sampailah di Bululawang, wah hujan deres banget dari Gondang legi. Tadinya saya mau mampir ke Candi Jago, tetapi gak ketemu akhirnya perjalanan lanjut terus menuju Coban Pelangi. Persis jam empat kurang limabelas menit, kita menepi di parkiran pintu masuk Coban Pelangi. Udara sangat sejuk apalagi setelah hujan, nampak masih basah dimana-mana. Sepanjang perjalanan dari Tumapang samapi desa Gubuk Klakah ini ditanami perkebunan Apel, sayuran, nanas dan pohon-pohon peredu. Dan sekali-kali nampak ibu- bapak tua yang mengendong kayu bakar sudah turun dari atas.
Memasuki Wana wisata air terjun dan bumi perkemahan Coban Pelangi yang termasuk dalam Perum Perhutani Unit II, kita hanya perlu bayar 4000 per orang. Coban Pelangi sendiri terletak di Kecamatan Poncokusumo di lereng gunung Semeru. Dari sini bisa menuju ke Bromo sekitar 20KM lagi dan turun tepat di lautan pasir, tidak sedikit pendaki Semeru yang melewati jalur ini.
View Larger Map
Setelah membayar tiket masuk, kita langsung berjalan menyusuri jalan setapak yang sebagian sudah disemen dan sebagian lagi berupa tanah padat. Jaraknya sekitar satu kilometer untuk sampai di bawah air terjun. Cukuplah berhati-hati karena jalanan cukup licin, apalagi disaat cuaca hujan seperti ini. Sepanjang perjalanan nampak beberapa warung penjual gorengan dan kopi. Menyebrangi sungai dengan jembatan yang terbuat dari bambu, dan sedikit lagi kita sudah sampai di kaki air terjun. Di sekitaran aliran sungai tadi terdapat bumi perkemahan, dilengkapi dengan fasilitas Flying Fox hanya dengan membayar sepuluh ribu rupiah.
Suara gemuruh air terjun sudah terdengar dari kejauhan, sampai tapak terakhir terlihat curahan air dari atas sana. Air terjun cukup deras dan membentuk tetesan seperti hujan gerimis. Banyak wisatawan yang mengabadikan pemandangan cantik ini dengan berbagai pose :) acara narsis dimulai!!! Di sekitaran air terjun tumbuh pepohonan yang sangat rindang dan lebat, sebagian ada yang longsor.
Perjalanan kembali ke parkiran cukup berat, tetapi kita jalan santai saja sambil menikmati pemandangan hijau-hijau daun yang jarang kita lihat sehari-hari. Ahhhh, hari yang mengasikan!!! Rencana untuk mampir ke pertapaan karmel akhirnya batal karena hujan dan langit mulai gelap, mungkin next time.
Berikutnya gunung lagi, menikmati keajaiban "Anak Kelud"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar