Laman

9 Juni 2009

SURAMADU: peresmian tgl. 10 Juni 2009

Kelaikan Suramadu Diprediksi Lebih dari 100 Tahun

Pasang Sensor di Semua Bagian Jembatan untuk Deteksi Kerusakan

SURABAYA - Apa saja upaya yang harus dilakukan agar Jembatan Suramadu bisa bertahan hingga seratus tahun sebagaimana yang diperkirakan? Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V A.G. Ismail yang bertanggung jawab terhadap pembangunan megaproyek itu mengatakan, satu tahun pertama setelah diresmikan, perawatan jembatan masih ditangani sepenuhnya oleh kontraktor (final hand over).

"Jadi, setahun ke depan, masalah terkait kondisi jembatan akan ditanggung mereka (kontraktor, Red)," kata Ismail kepada Jawa Pos kemarin.

Selain itu, dilakukan upaya pengamanan untuk menjamin keawetan jembatan. Salah satunya ialah mengecek semua bagian jembatan secara berkala. "Semua bagian akan dicek. Ada dua macam pengecekan, periodik (rutin) dan insidental," terangnya.

Selain pengecekan secara rutin, akan digunakan metode Structural Health Monitoring System (SHMS). Melalui sistem itu, pendeteksian kondisi seluruh bagian jembatan bisa diketahui lebih dini.

Bagaimana teknis kerja sistem tersebut? Dia menjelaskan, teknologi SHMS menyediakan semua informasi yang terkait dengan operasional dan pemantauan kualitas jembatan. Setelah itu, informasi tersebut diolah operator. Dari informasi itu nanti bisa diketahui seperti apa kelayakan kondisi jembatan pada saat itu.

"Dengan sistem ini, tiap bagian jembatan dipasangi sensor sehingga bagian-bagian itu bisa dideteksi. Jika ditemukan masalah, tindakan bisa langsung diambil sesuai dengan rekomendasi yang ada di SHMS tersebut," paparnya. Bahkan, dengan sistem itu, umur kelaikan Jembatan Suramadu diprediksi lebih dari seratus tahun. Sebab, kemampuan dan kerusakan dapat dideteksi lebih awal sehingga bisa dilakukan tindakan lanjutan.

Bukan hanya itu. Pemerintah juga sudah menyiapkan perbaikan secara berkala. Mulai perbaikan aspal, checking, hingga perbaikan bagian jembatan lainnya. "Anggarannya diambilkan dari tarif tol yang dibebankan," kata pejabat asal Semarang itu. Ismail juga menjamin keamanan semua fasilitas dan perlengkapan di Jembatan Suramadu. "Tentu ada koordinasi antara kami dan semua pihak terkait," ujarnya.

Kekhawatiran terhadap kemungkinan hilang atau rusaknya fasilitas maupun perlengkapan di sepanjang jembatan tersebut cukup wajar. Sebab, berbagai tindak kriminal soal itu memang kerap ditemukan. Kasus terakhir terjadi saat aparat Polres Timur berhasil membongkar sindikat pencurian besi di sekitar proyek Suramadu. (ris/sep/kum)

---

Tonggak Bersejarah Pembangunan Suramadu

Pembebasan Tanah

Pembangunan jalan akses ke proyek Suramadu di sisi Surabaya bisa terealisasi setelah lahan mi­lik warga di Tanah Kalikedinding dan Tambak We­di dibebaskan Pemkot Surabaya mulai tahun 2002 hingga 2008. Panjang jalan ak­ses menuju pintu tol Suramadu sejauh 4,35 km da­ri perempatan Jalan Kenjeran-Kedung Cowek. (sep/iro)

Peledakan Ranjau

Dinas Hidrografi TNI-AL meledakkan ranjau laut yang tersebar di trase Jembatan Suramadu. Peledakan sekitar 80 ranjau itu dilakukan dalam kurun waktu hampir dua tahun, sejak 2004-2005. Ranjau laut yang ada di Selat Madura tersebut merupakan peninggalan Perang Dunia II yang disebar sekutu di bagian utara Lamongan dan Tuban. (sep/iro)

Balok Ambrol

Insiden tergulingnya enam balok penopang (girder) pada bentang ketujuh Suramadu terjadi di causeway sisi Surabaya pada 13 Juli 2004. Girder terguling karena posisinya kurang stabil saat didongkrak. Seorang pekerja tewas dan kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,2 miliar. (sep/iro)

Bentang Tengah Tersambung

Pemasangan main spam (bentang tengah) pada Selasa, 31 Maret 2009 menandai terhubungnya jembatan sisi Surabaya dan sisi Madura. Penyambungan dihadiri Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Zhang Qiyue sekitar pukul 23.20. (sep/iro)

Orang-Orang di Balik Berdirinya Jembatan Suramadu

Ismail Bersihkan Ranjau, M. Noer Pindah Makam

Jembatan Suramadu merupakan hasil dari sebuah proses yang terintegrasi. Tanpa sentuhan dingin sejumlah pihak, jembatan yang menjadi ikon Surabaya-Madura itu mungkin masih berupa wacana. Siapa saja mereka?

SURYO E.-ARIS I., Surabaya

---

SATU-SATUNYA akses dari Surabaya ke Madura atau sebaliknya hanya menggunakan penyeberangan feri. Karena pengguna jasa itu makin banyak dan menimbulkan kepadatan di Ujung-Kamal, Mochamad Noer (M. Noer) kala menjabat wakil bupati Bangkalan periode 1950 menangkap perlunya dibangun jembatan. Ketika itu, Angkatan Laut hanya mengizinkan Ujung-Kamal beroperasi pukul 06.00-18.00.

Apalagi moda transportasi darat ketika itu dimonopoli Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, sekarang PT Industri Kereta Api/Inka). Menurut M. Noer, sejarah panjang pendirian Suramadu dimulai ketika sejumlah tokoh Madura menyampaikan keluhan tersebut.

Setelah menjadi gubernur Jatim pada 1967, gagasan Noer ditangkap pakar konstruksi penggagas fondasi cakar ayam, Prof Dr Sedyatmo (alm). ''Keresahan ke­ter­belakangan kondisi sosial dan ekonomi Madura kami sampaikan kepada Presiden Soeharto (alm) ketika itu,'' ungkap Noer setelah menerima sejumlah tokoh Madura, Selasa (2/6).

Gagasan dan konsep pengembangan jembatan antarpulau tersebut, menurut pria berumur 91 tahun itu, secara gigih disampaikan kepada Soeharto pada 1986. Empat tahun setelah dikaji, keluar Keputusan Presiden Nomor 55/1990 tentang Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu dengan ketua tim pengarah Menristek B.J. Habibie.

Noer turut dipercaya untuk mendekati masyarakat di pesisir selatan Bangkalan berkaitan dengan pembebasan lahan. ''Banyak warga yang semula berkeberatan. Sebab, akibat proyek itu, makam leluhur mereka harus dipindah,'' jelasnya.

Berkat komunikasi persuasif mantan Dubes RI untuk Prancis tersebut, kalangan ulama Madura yang bergabung dalam Badan Silaturahmi Ulama Madura (Bassra) mendukung pembangunan Suramadu. Konstruksi megaproyek itu dijadwalkan digarap mulai 10 November 1996.

Namun, rencana tersebut ternyata tidak semulus yang diharapkan. Akibat krisis moneter yang menghantam pada 1997, proyek tersebut tertunda. Setelah tongkat estafet kepresidenan berpindah ke tangan Habibie, Noer tidak menyerah. Mantan gubernur kelahiran Sampang itu mendesak agar pemerintah pusat merancang kembali pembangunan Suramadu.

Upaya percepatan dilakukan semasa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian, pada perte­ngah­an pemerintahan Presiden Megawati, 20 Agustus 2003, Suram­adu diresmikan. ''Setiap masa ke­pe­mimpinan negeri ini punya kon­tribusi besar terbangunnya Jem­batan Suramadu,'' tegas Noer.

Sosok lain yang patut mendapat apresiasi adalah Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V A.G. Ismail. Lewat ta­ngan dinginnya, proyek Suramadu akhirnya tuntas juga. Peran Ismail begitu besar. Lihat saja, dua kali pemerintah menunjuk dia untuk menangani proyek Suramadu dengan status yang berbeda.

Tugas pertamanya adalah saat awal 2003, tepatnya saat proyek jembatan itu mulai berjalan. Dia ditunjuk menjadi Pimpro Suramadu. Di posisi tersebut, tugas Ismail cukup berat. Dia ditugaskan untuk mengoordinasi dan mengintegrasikan pelaksanaan konstruksi agar tersistem. Setelah sistem terbentuk, akhirnya dia ditarik dari Suramadu. Sebagai gantinya, dia ditunjuk menjadi kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional I Medan pada 2005.

Namun, tangan dingin Ismail kembali dibutuhkan proyek Suramadu. Saat proyek sudah memasuki tahap pertengahan akhir, dia pun kembali ditarik pada pertengahan 2008. Tapi, kapasitasnya adalah kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V yang menaungi Jateng, DI Jogjakarta, dan Jatim.

Sosok Ismail memang begitu akrab dengan pembangunan jalan dan jembatan. Beberapa jembatan prestisius di Indonesia tidak lepas dari tangan dinginnya. Di antara­nya, Jembatan Mahakam I (Kaltim) dan Jembatan Membrano (Papua). Dianggap prestisius karena dua jembatan tersebut memiliki tingkat kesulitan tinggi.

Beragam pengalaman menarik mengiringi perjalanan Ismail selama menangani proyek tersebut. Salah satu yang paling berkesan adalah pada awal-awal proyek berlangsung. ''Saat itu, kami harus intens berdiskusi dengan warga di pesisir Madura. Sebab, mereka menganggap, jika jembatan jadi, mereka akan tersisih. Syukur mereka akhirnya mau. Bahkan, kami sampai bersama-sama ikut membersihkan ranjau di sana.''

Sosok lain yang tidak bisa dilupakan adalah Atyanto Busono. Dia adalah kepala Satuan Kerja Sementara Bentang Tengah Proyek Suramadu. Dia merupakan salah seorang kepala satker terlama dalam proyek Suramadu. (iro)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Halo, saya Rasheeda Muhammad dari Indonesia, dan saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan semua orang di sini untuk berhati-hati dari semua pemberi pinjaman pinjaman yang menimbulkan menjadi nyata. Mereka semua penipuan dan palsu dan niat mereka adalah untuk merobek Anda dari uang Anda sulit diperoleh. Saya telah menjadi korban pinjaman perusahaan ini tetapi tidak ada yang mampu memberikan pinjaman saya mencari sampai aku datang di Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Dia menawarkan saya pinjaman pada tingkat bunga yang terjangkau dari 2% dengan hanya beberapa formalitas dan requirements.After saya bertemu dengan persyaratan dan kondisi perusahaan, pinjaman saya disetujui dan saya sangat mengejutkan, itu ditransfer ke rekening bank saya dalam waktu kurang dari 24 jam. Anda dapat menghubungi Ibu Amanda melalui emailnya amandaloan@qualityservice.com dan Anda juga dapat menghubungi saya di rasheedamuhammad10@gmail.com saya email saya hanya bersaksi Ibu Amanda akan baik dan bantuan yang diberikan kepada dia saya dan keluarga saya dan saya juga ingin Anda menjadi penerima manfaat dari tawaran pinjaman nya.