Laman

26 Juni 2009

Atas Nama Keindahan…Modifikasi Aneh Pada Tubuh di Dunia

Apa itu keindahan ataupun kecantikan? Beberapa orang menganggap tubuh manusia adalah wujud lukisan nyata Tuhan, dan karena itu tanpa harus merubah tampilan tubuh manusia secara fisik maka tubuh manusia sejatinya adalah sebuah keindahan. Namun, sejak dulu, manusia telah mencoba untuk mengubah penampilan fisik mereka untuk mencapai apa yang mereka percaya akan segala keindahan. Berikut adalah lima modifikasi aneh pada tubuh manusia yang dilakukan di berbagai belahan dunia, atas nama keindahan:

1. Ikat Telapak Kaki di China
Sulit dipercaya kalau tradisi yang dilakukan oleh perempuan di China ini sudah berlangsung lebih dari 1000 tahun. Wow…
Mereka (perempuan China) pada usia 3 tahun sampai 10 tahun, sebelum tulang mereka sepenuhnya berkembang, mereka dipaksa untuk mengikat telapak kakinya. Dan setelahnya mereka tidak diizinkan untuk beristirahat, mereka diharuskan berjalan-jalan sehingga bentuk kakinya akan cepat terbentuk.
Sebenarnya tradisi menyakitkan ini sudah dilarang pada tahu 1911, tetapi beberapa perempuan di China masih saja melakukan tradisi ini. Mereka terlihat sulit untuk duduk dan terkadang menahan sakit. Tapi mereka mengangapnya wajar dan yang lebih penting mereka merasa dirinya terlihat lebih indah.

2. Tindik Bibir di Afrika
Tradisi ini sama sekali tidak dianggap suatu keindahan di dunia Barat, tapi lain halnya di Afrika. Ini hukumnya “Wajib” buat gadis-gadis di sana.
Gadis dari suku-suku Afrika, seperti Mursi atau Surma, telah melubangi bibir bagian bawahnya di usia sekitar 15 - 18 tahun. Irisan ini tepat 1-2 cm di depan gigi bawah, dan setelahnya dimasuki kayu kecil. Setelah lukanya sembuh, lubang akan dimasuki kayu yang lebih besar lagi.
Mereka juga terbiasa memakai perhiasan berupa lempengan tanah. Dan bahkan diameter lempengan itu sampai 8-16 cm. Tradisi ini juga dipakai sebagai tanda status sosial mereka di masyarakat. Semakin besar lempengan yang mereka pakai, semakin tinggi pula derajat sosial mereka di mata masyarakat.
Dan lempengan ini biasanya dilepas setelah mereka melangsungkan pernikahan.

3. Scarification and Cicatrization
Tradisi ini masih bisa dijumpai di Afrika bahkan sampai Selandia Baru. Tradisi ini masih menjadi komponen penting yang menunjukkan arti keindahan.
Tradisi Scarification di suku Afrika dilakukan pada laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan alat tajam untuk memotong/melukai bagian tubuh sehingga dihasilkan corak atau bentuk tertentu di bagian tubuh mereka. Sedangkan tradisi Cicatrisation menggunakan sejenis tanaman, arang dan bubuk mesiu yang digosok di bagian tubuh yang terluka, hal ini menyebabkan bekas luka yang permanen, yang dikenal sebagai keloids. Ini tidak hanya bentuk modifikasi tubuh yang dianggap sebagai salah satu bentuk keindahan penampilan, tetapi juga sebagai tanda status sosial.
Suku Maori di Selandia Baru merasa tidak lengkap jika tubuhnya tidak dilengkapi dengan luka2 ini. Disana mereka menyebutnya dengan nama Moko.

4. Ikat Tengkorak
Sebenarnya tradisi mengikat tengkorak ini ada sejak 45.000 SM. Dan kita wajib bersyukur tradisi ini sudah tidak ditemukan lagi sejak 100 tahun terakhir. Tradisi ini dilakukan di Afrika dan Amerika.
Seperti kita ketahui, bayi adalah masa dimana pembentukan tulang belum sempurna. Dan pada saat inilah tradisiini dilakukan. Mereka menggunakan kain atau tali untuk mengikat kepala bayi-bayi mereka.
Dan seperti tradisi-tradisi sebelumnya, mengikat tengkorak dianggap sebagai tanda status sosial dan tentu saja keindahan.

5. Leher Panjang Suku Kayan
Perempuan dari suku Kayan, yang terletak di utara Burma dan Thailand, yang terkenal karena karena lehernya yang panjang. Secara teknis, leher mereka tidaklah sekokoh aslinya, tetapi deformasi dari tulang selangka yang menjadi penopang.
Tradisi ini dimulai pada gadis berumur 5 tahun. Dan satu demi satu secara bertahap mereka memakai kalung yang terbuat dari kuningan. Dan mereka melakukannya sampai leher mereka tampak panjang menjulang. Dan tentu saja ini merupakan salah satu sifat keindahan di budaya suku Kayan.
Mereka mamakai kalung kuningan ini sampai mereka menemui ajal.

Tidak ada komentar: