Laman

14 Desember 2012

Rinjani: Segara Anakan ke Desa Senaru

perjalanan berakhir: pintu Senaru sudah di depan mata

Segara Anakan, kita meninggalkanmu!! ingin segera kembali.....

pendakian ke Plawangan Senaru penuh dengan bebatuan
Istirahat sejenak di separuh pendakian ke Plawangan Senaru
gunung baru yang ditimbulkan dari letusan Rinjani
berapa langkah meninggalakan Segara Anakan, mata selalu ingin menoleh kebelakang
arah panah di plawangan Senaru yang sudah rusak, membuat kita kehilangan arah selama sejam.
Meninggalkan Segara Anakan
SURGA
tebing batu-batu disepanjang jalan menuju Plawangan Senaru
Hari itu kita baru ngepak tenda dan semua peralatan kemping kita di pinggiran danau Segara Anakan, Rinjani. Kabut masih menyelimuti permukaan air saat aku dan Anton mulai menjajakan kaki meninggalkan area Perkemahan. Perjalanan menuju Senaru (pos terakhir kita) masih cukup panjang, sambil mendaki ke Penanjakan Senaru, kita berbincang dengan beberapa porter yang mengiringi kita. "hari ini bermalam di pos 2 saja mas, kira-kira masih 3-4 jam" begitu kata si porter tadi. Kita berpikiran yah, kalau memang tidak bisa sampai di desa Senaru, kita akan bermalam di pos 2.

Sesampai di Plawangan Senaru, kita rehat sejenak, setelah melewati tanjakan yang cukup ekstrim yang mereka sebut "seribu batu" ya memang disana banyak terhampar batu-batu berukuran besar. Plawangan Senaru sendiri sangat kotor, berbeda dengan Plawangan Sembalun yang cukup bersih dan nyaman untuk berkemah. Nah, disini kita tersesat sekurangnya hampir 1 jam dikarenakan petunjuk arah yang tidak jelas. Sampai ada pendaki lain yang lewat dan kita berjalan mersama menyusuri turunan Senaru.

Turunan Senaru diawali dengan bebatuan dan tanah yang sedikit padat sehingga cukup nyaman untuk sedikit berlari kecil, cuman sayang kalau pemandangan cemara dan curah lembah bila tidak diabadikan. Sambil menunggu Anton yang kakinya sakit, saya mencoba untuk mengambil beberapa gambar. Dan, ada kejadian "gaib" atau entah apa itu namanya... ya, disini adalah hutan yang percaya atau tidak pasti ada kehidupan lain. Saya melihat beberapa kali sosok bapak tua menggunakan peci putih, padahal setelah diamati adalah seonggok kaku yang habis terbakar. Setelah menoleh ke lain arah, saya melihat onggokan kayu tadi adalah seorang bapak tua. Dan, hal ini beberapa kali terjadi dalam penglihatan saya.

porter menyusuri tebing terjal di Plawangan Senaru
Setalah satu setengah jam berjalan, kita sampai di pos 3: disini kita bongkar muatan, stok bahan makanan kita berikan ke beberapa porter yang bersama kita tadi saat menanjak ke Plawangan Senaru. Sambil menikmati kopi panas yang disediakan porter tadi, kita berbincang untuk menyelesaikan samapi ke desa Senaru hari ini juga. Waktu sudah menunjukan jam 2 siang, sehingga kita harus bergegas. Tidak kurang dari 3 jam akhirnya kita sampai di desa dengan tubuh yang basah kuyup tersiram hujan deras.

Perjalanan dari pos 3 ke desa Senaru, melewati hutan yang cukup rimbun. Setapak yang ada terjadi dengan akar-akar pepohonan, sehingga menyerupai anak tangga. Di kanan kiri jalan setapak tumbuh bunga-bunga yang cantik. Dalam perjalanan tadi kita berpapasan dengan romongan dari Bali yang akan melakukan upacara adat di Plawangan Senaru. Sebenarnya cukup serem juga sih kalau harus tinggal di pos 2 seperti saran dari porter tadi :)

Pos 3 Senaru, cukup besar dan nyaman
Pos 2 Senaru sudah di depan mata
Pos 1 Senaru, di belakang nampak jalur berupa anak tangga alami dari akar pepohonan
Dari perjalanan kita hari ini, menyajikan pemandangan yang berbeda antara Sembalun dan Senaru. Saran saya bagi yang ingin melakukan pendakian Rinjani, jangan lewatkan dua rute tersebut.

Rindangnya pepohonan hutan Senaru
Postingan terakhir Rute Sembalun-Senaru: MARILAH KITA LESTARIKAN DAN JAGA BERSAMA!!

Tidak ada komentar: