Laman

30 Juni 2012

Live in HARDROCK HOTEL PENANG











Penang Hardrock Hotel was located in Batu Feringhi beach, it's about 45 minutes drive by bus to west Penang island.


Here we are, after five days in Penang finally we stayed at HRH for only one night. Yeah, only one night!! You know because it's over price from my budget, but passion to stayed at Hardrock hotels circle ruins my budget. Hahaha. With all facilities such as, pool, beaches, Hardrock cafe, lil' rock, rock shop, and other luxurious room. They are commensurable with average price in USD 140 (early 2012) including breakfast.

What we love about HARDROCK HOTEL is they have all what we need, place to having fun for our kids. Place where we shopping hardrock t-shirt. Place that we can hanging out till late. There's only one place, one stop entertainment you can called.

Stayed at first floor, our room doesn't have a great view, yeah. I think this is cheapest room and you'll got it. But, the room was huge without balcony and great shower with open window to the room. 32" LCD TV. Free internet with wifi password. Oh yeah, great!! And you can download many-many music from their website.

I've got a flower pin for free when check in and show my all access card, yey. It's collection. Grape juice for welcome drink presented soon. 

Beside the hotel, you can try cheap Pizza or Asian food just cross the street.


25 Juni 2012

Live in GEORGETOWN BAYVIEW HOTEL PENANG

Akhirnya kita pindah hotel juga, setelah tiga malam di Tune hotels, yang semestinya sudah aku bayar 4 malem dan terpaksa kudu dibuang semalam gara-gara sirine yang gak jelas di pagi buta. Kog rasanya rada terganggu juga ya stay di Tune akhir-akhir ini apalagi kalo bawa keluarga, mana dapat semprotan dari istri dan mama mertua yang takut akut sama sirine-sirine itu....

Pemesanan dengan agoda berhasil di hari yang sama setelah menggunakan jaringan wifi di lobby hotel Tune yang super duper lambat, dan quota setengah jam yang diberikan hanya bisa menghasilkan satu kali bookingan ajah. Payah amat, padahal iklan salah satu provider terpampang segede gaban di belakang layang PC yang berjajar di lobby. Ya sudah lah yang penting sudah CONFIRM dengan selamat, dan ga bakal dapet omelan lagi :P

Sorenya setelah kepanasan keliling muter-muter Georgetown, kita pindahan menggunakan taxi. Lokasinya tidak begitu jauh harusnya, tapi karena bawa rombongan ya terpaksa ga bisa pake jalan "irit" (HOHO bus yang gratisan). Woolaah 10 menit kemudian udah sampe deh di Bayview Hotel.  Setelah nyodorin email dari iPad, si resepsion kasi kita dua kunci kamar. Wah, lumayan kita dapat kamar di lantai 5 dan dapet view ke taman di depan hotel. Perfect!! Kamarnya cukup luas (bandinginnya sama Tune yang 4 hari di sana cuman bisa sehari di sini), hahahaha...


Kamar hotel dengan "TV tabung"
Setelah rebahan bentar, aku dan anak-anak nikmati fasilitas hotel "BERENANG".. Kolamnya ada di lantai 3, ada satu kolam yang ga gitu gede persegi panjang dan satu kolam anak-anak plus satu kolam bulet (hot tub), suasananya juga sepi cuman ada satu-dua tamu saja. Fasilitas lainnya gym yang belum sempet aku cek, tapi kelihatannya kecil.



Pool nya di lantai 3 cukup menyegarkan di udara Penang yng super HOT
Hotel ini rada tua juga seh, mungkin perkiraan pertengahan 80-an atau awal 90-an. Tapi cukup terjaga dan yang pasti bersih. Secara lokasi bagus banget, berada di sisi utara Georgetown. Deket banget sama Jalan Penang yang penuh dengan bar-bar, juga dengan EO Hotel yang legend banget. Menyebrang ke jalan Lebuh Leith akan berjumpa dengan Blue Mansion Cheong Fat Tze dan di sebelahnya ada Red garden cafe yang dapat rekomendasi dari Tripadvisor. Mau muter-muter Little India juga tidak begitu jauh juga, ya nurutku perfect location lah.

21 Juni 2012

is NOT easy to vacation with kids #penang

Setelah beberapa kali saya mengajak anak-anak berlibur (overseas), baru kali ini merasakan "kewalahan". Mungkin karena udara yang panas dan lokasi liburan yang TIDAK cocok buat anak-anak (usia 5-12 tahun). Kali ini saya mengajak mereka ke Penang, pulau di ujung utara Malaysia yang berbatasan dengan Thailand. Bukan tanpa sebab mengajak mereka ke sini, selain karena dapet tiket murah dari Air Asia (600 ribuan PP) juga karena alasan lain yaitu ingin menikmati makanan di jalanan yang kebanyakan mak nyuss dan murah meriah.

Liburan sekolah 2012 ini sengaja sudah saya persiapkan sejak akhir tahun lalu, sejak Air Asia membuka harga promo dibulan Oktober 2011 kemarin. Setelah browsing-browsing alhasil dapet tiekt ke Penang, walaupun saya sendiri sudah pernah ke sana 2010 silam. Tapi Penang menjadi target untuk mengajak anak-anak turut serta. Dengan tujuan mengisi liburan buat mereka selama seminggu, dan itinerary sudah dipersiapkan seminggu sebelum keberangkatan. Tidak banyak yang perlu saya browsing lagi, hanya saja mengecek jadwal maintain kereta ke bukit bendera serta beberapa hal yang baru di Penang.

Tepat dihari kedatangan kita, Penang sedang dalam event Georgetown Festival selama sebulan penuh. Selain itu, bulan ini adalah musim durian dan seluruh kota dipenuhi penjual durian dari Balik Pulau. 

touchdown PENANG
Di hari pertama kita menginjakkan kaki di Penang, airport Bayan Lepas sedang di renovasi dan kita langsung menuju Tune Hotels dengan menggunakan Rapid Penang (bus). Jam 10 malam kita baru bisa melepas lelah di hotel, setelah satu setengah jam delay.

BUKIT BENDERA and KEK LOK SI TEMPLE
Hari kedua, saya langsung mengajak mereka naik tram ke bukit bendera. Cukup membayar RM70 untuk rute PP family package (2 adult, 2 child 3-12), lumayan bisa irit RM20 :) Di atas bukit kita sempet puter-puter menggunakan golf car dengan membayar RM40. Udara di atas bukit cukup dingin walau matahari menyengat, disana kita juga bisa masuk ke musium burung hantu (ada entry fee). Istri dan anak perempuan saya malah bikin kenang-kenangan dengan membuat lukisan hena a la India di tangan. Setelah puas keliling bukit Bendera, kita lanjut ke Kek Lok Si Temple (just signseeing). Malamnya. kita ngemall di Time Square dan 1st Avenue.

HOP ON HOP OF GEORGETOWN to QUEENSBAY MALL
Hari ketiga, kita coba free HOHO bus di Georgetown mengitari kota tua ini dari atas bus. Dan, berakhir di Jetty. Dari sana kita menuju Menara jam dan lanjut masuk ke benteng Fort Cornwallis di Taman Kota Tua dan Esplanade. Setelah puas bermain disana kita menuju Queensbay Mall di Bayan Lepas dekat airport. Disana kita menikmati sunset dengan makan durian, pemandangan pulau Jerejak dan Penang bridge di kejauhan cukup cantik.

PULAU TIKUS to GURNEY DRIVE
Hari keempat, hari ini kita check out dari Tune Hotels dan pindah ke Bayview di Georgetown. Sebenarnya kita masih punya satu hari lagi di Tune, hanya saja anak-anak sudah tidak betah dengan kondisi kamar yang sempit dan "tanpa hiburan". Sebelumnya kita sempat jalan-jalan menuju Wat Chayamangkalaram (Burmesse Temple) di Pulau Tikus alkisah dulunya ditinggali kerajaan Tikus *ngayal* hahahaha.... Dari sana kita menuju Capitol One yang lebih terkenal disebut Gurney Plaza sampai waktunya untuk check in di Bayview Hotel. Malamnya kita menikmati makan malamn di Red Garden, next to Blue Mension di jalan Lebuh Leith.


CHEONG FATT TZE MANSION TOUR to BATU FERRINGIH

hari kelima, sambil menunggu waktu untuk check out, kita keliling dulu menyusuri Georgetown. Beberapa spot yang kita lihat: (1) The Cathedaral of Adsumtion (2) Penang National Museum  (3) St. George church (4) Goddes of Mercy temple (5) Little India (6) Han Jian Ancestral Temple (7) Kapital Keling Mosque (8) Sri Mahamariaman Temple (9) Hainan Temple dan terakhir (10) Cheong Fatt Tze Mansion. Tet, persis jam 11 siang kita mengikuti tour di Cheong Fatt Tze Mansion selama hampir satu jam. Selanjutnya kita menuju Batu Feringhi setelah check out dari Bayview Hotel. Well, finally we stayed at Hardrock Hotel.


last day at HARDROCK HOTEL PENANG
Hari keenam, merupakan hari terakhir kita di Penang. Seharian ini kita bermain di pool HRH, refreshing sampai waktunya untuk checking out. Sebelum menuju airport kita masih punya waktu untuk ngemall (lagi) di Gurney Plaza. So long Penang.....













17 Juni 2012

Jakarta: Wisata Mueseum dan Kota Tua [part ketiga]














 


 
sebelumpanya pada postingan Jakarta: wisata museum dan kota tua [part pertama] 

 
KOTA TUA
Sebenernya kawasan kota tua cukup luas, mulai dari daerah Pecinan di Glodok sampai Pelabuhan Sunda Kelapa. Tetapi yang menjadi center poin adalah lapangan Fatahila, ya lapangan ini cukup luas persis di depan bangunan museum Sejarah Jakarta atau lebih dikenal sebagai Museum Fatahila disisi selatan. Di sisi barat ada museum Wayang dan di sisi timur Museum Seni Rupa dan Keramik. 

Setelah tidak puas dan puas di kedua museum sebelumnya, saya sengaja (hanya) melewati ketiga museum diatas. Cukup merekam dari luar bangunan yang saat itu sedang ramai banget, banyak fotografer, turis asing, turis lokal [saya termasuk didalamnya ya :D] bahkan warga kota sendiri. 

Di sekitar lapangan Fatahila pun banyak bangunan kuno yang sekarang sebagian sudah dialih fungsikan menjadi bank atau cafe dan beberapa toko dan depot. Sebagian lagi dibiarkan begitu saja tidak terawat. 

The batavia hotel dan Jembatan intan
Meninggalkan lapangan Fatahila, saya mencoba menyusuri ke utara menuju pelabuhan tertua di Jakarta, Sunda Kelapa. Banyak juga tempat-tempat bersejarah di daerah ini, Hotel Batavia dan Jembatan Intan salah satunya, terletak di jalan Kali besar barat. 
 
Jembatan Intan cukup menarik, karena berbentuk jembatan yang bisa di belah menjadi dua bila ada kapal yang menyusuri sungai. Jembatan yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua ini cocok untuk foto-foto tempoe doeloe ala nonik Belanda ;) 
 
 
Galangan VOC, Menara Syahbandar dan Museum Bahari 
lokasinya di sebelah utara Kota Tua, mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa di jalan Pakin. Galangan VOC yang dulunya adalah tempat penyimpanan rempah-rempah, kini dialihfungsikan menjadi restoran. Berupa rumah panggung dengan bahan dari kayu, saya sendiri sedikit "bingung" untuk mengenali bentuk bangunan ini. Karena adanya perpaduan rumah Minang dan China, perpaduan yang cantik.  

Lebih ke utara lagi kita akan menemui Menara Syahbandar yang menjadi satu loaksi dengan Museum Bahari. Pun, museum ini sebelumnya adalah tempat penyimpanan rempah-rempah jaman Koloni Belanda. Museum ini sedikit tidak terawat, tetapi koleksinya cukup lengkap. Yang menarik bagi saya bukanlah koleksi yang di pajang di museum ini, tetapi bangunannya dengan pilar-pilar penyangga yang terbuat dari kayu besar. 
 
Pelabuhan Sunda Kelapa dan kampung nelayan Pasar Ikan 
Akhirnya sampai juga di Sunda Kelapa, dari kejauhan sudah nampak perahu-perahu besar yang terbuat dari kayu parkir sepanjang port. Tidak lama, seorang bapak menawarkan jasa untuk mengantar menggunakan perahu kecilnya. Setelah nego, dapat harga tigapuluh ribu untuk perjalanan sekitar satu jam menyusuri pelabuhan. Tidak begitu menarik, selain air yang kotor, beberapa orang kapal sedang bersih-bersih atau memperbaiki kapalnya, yang lain mencuci pakaian, dan anak-anak yang asiknya berenang berlompat-lompat untuk meminta uang. Pemandangan yang biasa.
 
40 menit menggunakan kapal kecil, didayung oleh bapak tua yang asalnya dari Sulawesi dan sudah tinggal di Sunda Kelapa sejak 1963. Saya diturunkan di kampung nelayan di Pasar ikan, sebelah barat Sunda Kelapa. Menyusuri jalan perkampungan yang sepertinya tidak ada jalan tembusnya. Tau-tau sudah sampai di depan perkantoran Gedong Panjang, dan perjalanan kembali menuju kota tua. 
 
Pecinan Glodok 
Fiuuuh... hari yang melelahkan, panas, ngak terasa udah seharian muter-muter Jakarta (bukan Mall) HAHAHA... Pecinan Glodok sudah hampir sore, mampir toko DVD dan kamera dulu di Glodok Plaza

14 Juni 2012

Jakarta: wisata museum dan kota tua [part kedua]







 
 
sebelumpanya pada postingan Jakarta: wisata museum dan kota tua [part pertama]
 
 
STASIUN KOTA
Keluar dari kereta KRL di Stasiun Kota ternyata TIDAK gampang, ya, mereka tidak menyediakan tangga (alamak). Aneh rasanya, tidak memperhatikan hal detail yang sangat  penting. 

Stasiun Kota juga nampak tidak banyak perubahan, bangunan tua ini masih terlihat original. Keluar dari stasiun, saya melewati underpass menyebrang ke Museum Bank Mandiri. Tampilan dari luar dengan kaca-kaca nampak cantik, tapi betapa kecewa melihat lorong yang penuh pengemis dan pengamen. Kotor. Sayang banget.
 
 
MUSEUM  BANK MANDIR dan BANK INDONESIA
Dua museum ini bersebelahan, tapi kalau boleh saya menilai keduanya sangat timpang. Di sisi kiri Bank Mandiri dan di sisi kanan Bank Indonesia, keduanya menempati bangunan tua yang masih original. Di kiri terlihat kusam dengan warna bangunan masih putih kecoklatan, di kanan nampak bersih putih. 

Bank Mandiri mungkin harus berbenah, ya saya tau fungsi musium adalah menunjukkan koleksi-koleksi kuno yang dimiliki. Tapi untuk menarik minat, itupun tidaklah cukup. Fungsi museum sebagai pengetahuan diperlukan alat peraga supaya lebih menarik. Tidak hanya meletakkan mesin ketik jaman dulu dan diberi selembar kerta bertuliskan "Mesin Ketik". 

Cukup juga meniru gaya museum ala Bank Indonesia di sebelahnya uyang tetap mempertahankan keorisinilan bangunan tetapi juga merenovasi menjadi ruangan-ruangan yang menarik. Berpendingin, sangat penting untuk udara Jakarta yang panas. 

Museum Bank Indonesia sudah mengusung gaya-gaya museum yuang banyak saya jumpai doi Singapura. Tidak melulu memamerkan koleksinya, tapi ditambah audio visual dan gambar-gambar yang menarik. Bahkan mereka hanya memperlihatkan koleksi mata uang kuno saja, selebihnya adalah foto/gambar berukuran raksasa atau yang dipajang di monitor di tiap ruangan.  Bagus!! Menarik!! Bravo!!

11 Juni 2012

Jakarta: wisata museum dan kota tua [part pertama]










Berawal dari daerah kuliner Jakarta di Pecenongan, saya mengawali perjalanan keliling kota tua dan sejumlah bangunan bersejarah di ibu kota. 

MONUMEN NASIONAL
Menyusuri jalan Veteran, melewati istana presiden, sampailah di pintu masuk Monas jalan Merdeka  Utara. Sumpah, walau berpuluh kali atau bahkan beratus kali saya melewati tapi baru kali ini berkesempatan untuk menjejakkan kaki di Monas.  

Hari minggu yang agak mendung, tapi tidak mengurangi warga kota untuk berolah raga ataupun hanya sekedar jalan-jalan bersama keluarga. Pun, banyak penjual kaos dan souvenir yang sudah menggelar dagangannya. 

Setelah puas memotret di pelataran Monas, saya masuk ke dalam Monumen yang juga berfungsi sebagai Museum. Cukup bayar 2500, murah bukan. Dan saya sangat impressed dengan diorama perjalanan bangsa Indonesia, bagus dan masih terawat. 

Selanjutnya naik ke puncak monumen dengan harapan bisa melihat lapisan emas yang ada di pucuk monumen, hahaha, ternyata tidak bisa. Kita disuguhi pemandangan 360° kota Jakarta.   Dan untuk naik harus bayar lagi, kali ini 7500 saja,.sebelumnya harus rela antri selama 20 menit. Ow d*mn hanya ada satu lift berukuran mini (berkapasitas 12 orang)  Syukur saya berangkat pagian sekitar jam 7.30 jadi antrian tidak terlalu panjang #tips. 

MASJID ISTIQLAL dan GEREJA KATEDRAL
Perjalanan saya lanjutkan menyusuri jalan Veteran yang banyak cafe dan gallery bergaya tempoe doeloe, rupanya ada crew film yang lagi shooting di salah satu kafe disana.  Lanjut melewati Masjid Istiqlal sebelah utara dan sampailah di  Gereja Katedral. 

Malah saya  sempet ikut misa sebentar di gereja Katedral, menyanyikan Bapa Kami dan menerima komuni. Yang cukup mengejutkan, ternyata gereja Katedral HKY di Surabaya lebih besar dari pada di Jakarta, walau dari segi arsitektur berbeda. 

Saya sempat memutari gereja, untuk mengambil spot-spot yang menarik. Ada gua Maria yang berukuran tidak besar juga, dirimbuni tanaman rambat. Dan dua menara gereja ini memang menjadi simbol khusus, sangat menarik. 

LAPANGAN BANTENG dan GPIB IMANUEL
Tidak berlama-lama di Gereja Katedral karena masih misa, saya berlanjut ke lapangan Banteng di seberang gereja, sempat foto monumen yang ada di tengah lapangan. Sebentuk lelaki dengan rantai terputus di kedua tangannyua yang terangkat keatas, mimiknya menggambarkan kekuatan. 

Dan berikutnya saya melewati jalan Pejambon di depan Hotel Borobudur dan kantor Kementrian Luar Negri  sampailah di  Gereja GPIB Imanuel. Gereja yang berlokasi di belakang Stasiun Gambir ini sedang di renovasi, berbentuk kubah bulat dengan tiga pintu di sisi depan dan kanan kiri, bentuk ruangannya melingkar 180°. Gaya bangunan yang tidak biasa, begitupun saat saya melongok ke dalam kursi2 di tata melingkar menghadap altar. 

Rupanya gereja ini banyak umat dari daerah Indonesia timur, Maluku, Ambon, bisa di lihat dari foto-foto yang di tempel di dinding saat acara Paskah kemarin. Ada beberapa foto penyanyi seperti Molucas (kalo ga salah lihat). Dan, saat saya mampir ke sana masih ada kebaktian dalam bahasa Belanda yang di pimpin oleh Pendeta Belanda. 
 
STASIUN GAMBIR
Tadinya saya pengen naik Transjakarta (busway) menuju daerah kota tua, tapi baru keinget kalau bisa menggunakan KRL menuju stasiun Kota, beruntung hari itu waktu keberangkatan KRL hanya menunggu 10 menit. Stasiun Gambir masih sama seperti 15 tahun yang lalu saat saya pertama kali ke Jakarta. Warna hijau muda masih mendominasi, walau tentunya sekarang semakin lengkap dengan resto-resto cepat saji dan layar monitor raksasa di tengah hall. 

Dan ini pengalaman pertama saya menggunakan KRL, nyaman juga. Bersih dan ber-AC. Cukup bayar 6000 untuk sampai ke stasiun kota. 

5 Juni 2012

Ijen Crater #mysterytraveling

#mysterytraveling NO PLAN | NO RESERVATION

berawal dari perjalanan ke Jember untuk acara pemakaman dari ayah mertua seorang teman dekat saya Yakob, perjalanan ini #myterytraveling berjalan.....


Sabtu 15.40
setelah bertemu Ming di Mc Donald satelit, kita menjemput Anton di Citra raya dan kita pun berangkat menuju Jember bertiga. Tujuh jam perjalanan dengan mampir makan malam di Pasuruan dan lain-lain, kita akhirnya masuk kota Jember pada jam 22.30. Dan kongkow selama 3 jam di tempat persemayaman, dan kita putuskan untuk naik ke Kawah Ijen.

Minggu Pagi 01.30 - 03.05
Setelah perjalanan 40 menit menuju Bondowoso, kita parkir di Pom Bensin terakhir sebelum belok ke desa Sempol. Dan punya waktu sekitar dua jam untuk melanjutkan perjalanan menuju Kawah Ijen. Masih sekitar 75 KM untuk sampai di pos terakhir Ijen, jalanan cukup mulus dan sekitar 6 KM jalanan yang rusak parah sebelum pos desa Sempol. Total ada tiga pos sebelum kita memasuki kawasan National Park ini, dan di pos terakhir kita harus membuat pernyataan bermaterai sebelum hiking naik ke puncak kawah.

HIKING IJEN CRATER setelah urusan ijin selesai kita memulai perjalanan menuju puncak Ijen, udara dingin walau angin tidak bertiup kencang. Ming dan Anton yang tanpa persiapan harus rela menahan dingin hanya dengan menggunakan t-shirt lengan pendek, tetapi perjalanan menanjak membuat badan terasa hangat. Saya tidak ingat berapa lama untuk sampai di puncak Ijen, mungkin sekitar sejam-dua jam, tapi yang pasti sesampai di puncak

Sejak 20 tahun yang lalu saat terakhir kali menginjakkan kaki di kawah Ijen, tidak banyak berubah. Hanya saja seingat saya jalanan setapak tidak selebar seperti sekarang ini. Dan Pos dibawah kaki Ijen sudah tidak nampak lagi, diganti sederetan kamar penginapan dan warung-warung yang mengelilingi areal parkir. Di depan kamar-kamar nampak camping ground, ada beberapa tenda yang terpasang. Tidak bisa membayangkan betapa dinginya semalam tidur di tenda, brrrr....

How lucky we are, kita dapat pemandangan kawah hijau yang jernih walau sesekali kabut nampak menyelimuti dan kadang hilang di tiup angin. Tapi cuaca hari itu cukup cerah, tidak hujan. Beberapa turis asing yang kebanyakan dari Perancis dan turis lokal sudah memadati areal parkir sejak pagi, kebanyakan mereka datang melalui desa Licin di Banyuwangi. Dan, jalur itu yang akan kita lewati selepas ini.

Sebelum meninggalkan kawah Ijen, kita mampir di air terjun yang tidak jauh dari sana. Air terjun ini berbentuk batu besar dengan aliran air belerang berwarna kuning, rasa gatal di kaki saat kita berendam. Masih sama seperti dulu.

Finally, time to go home. Kita melewati jalur Banyuwangi, hanya sepanjang 10 KM untuk sampai di desa terdekat dan jalanan cukup bagus hanya 2 KM yang rusak parah tapi nampak mulai ada perbaikan. Walau jalanan yang rusak cukup pendek tapi kondisinya curam dan lebih bahaya daripada lewat Bondowoso.


CAMPING GROUND

PENAMBANG BELERANG MENANJAK TEBING

KEHIDUPAN

KABUT MENUJU DESA LICIN

KAWAH HIJAU

SUNRICE DI PAL TUDING

TIGA SEKAWAN DI PUNCAK IJEN

BUNGA PAKU

RUMAH BUNDER:: KAWAH IDJEN

AIR TERJUN BATU GEDE

PIKUL BELERANG

MENIKMATI PAGI

PERJALANAN

POS TERAKHIR