sebelumpanya pada postingan Jakarta: wisata museum dan kota tua [part pertama]
KOTA TUA
Sebenernya kawasan kota tua cukup luas, mulai dari daerah Pecinan di Glodok sampai Pelabuhan Sunda Kelapa. Tetapi yang menjadi center poin adalah lapangan Fatahila, ya lapangan ini cukup luas persis di depan bangunan museum Sejarah Jakarta atau lebih dikenal sebagai Museum Fatahila disisi selatan. Di sisi barat ada museum Wayang dan di sisi timur Museum Seni Rupa dan Keramik.
Setelah tidak puas dan puas di kedua museum sebelumnya, saya sengaja (hanya) melewati ketiga museum diatas. Cukup merekam dari luar bangunan yang saat itu sedang ramai banget, banyak fotografer, turis asing, turis lokal [saya termasuk didalamnya ya :D] bahkan warga kota sendiri.
Di sekitar lapangan Fatahila pun banyak bangunan kuno yang sekarang sebagian sudah dialih fungsikan menjadi bank atau cafe dan beberapa toko dan depot. Sebagian lagi dibiarkan begitu saja tidak terawat.
The batavia hotel dan Jembatan intan
Meninggalkan lapangan Fatahila, saya mencoba menyusuri ke utara menuju pelabuhan tertua di Jakarta, Sunda Kelapa. Banyak juga tempat-tempat bersejarah di daerah ini, Hotel Batavia dan Jembatan Intan salah satunya, terletak di jalan Kali besar barat.
Jembatan Intan cukup menarik, karena berbentuk jembatan yang bisa di belah menjadi dua bila ada kapal yang menyusuri sungai. Jembatan yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua ini cocok untuk foto-foto tempoe doeloe ala nonik Belanda ;)
Galangan VOC, Menara Syahbandar dan Museum Bahari
lokasinya di sebelah utara Kota Tua, mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa di jalan Pakin. Galangan VOC yang dulunya adalah tempat penyimpanan rempah-rempah, kini dialihfungsikan menjadi restoran. Berupa rumah panggung dengan bahan dari kayu, saya sendiri sedikit "bingung" untuk mengenali bentuk bangunan ini. Karena adanya perpaduan rumah Minang dan China, perpaduan yang cantik.
Lebih ke utara lagi kita akan menemui Menara Syahbandar yang menjadi satu loaksi dengan Museum Bahari. Pun, museum ini sebelumnya adalah tempat penyimpanan rempah-rempah jaman Koloni Belanda. Museum ini sedikit tidak terawat, tetapi koleksinya cukup lengkap. Yang menarik bagi saya bukanlah koleksi yang di pajang di museum ini, tetapi bangunannya dengan pilar-pilar penyangga yang terbuat dari kayu besar.
Pelabuhan Sunda Kelapa dan kampung nelayan Pasar Ikan
Akhirnya sampai juga di Sunda Kelapa, dari kejauhan sudah nampak perahu-perahu besar yang terbuat dari kayu parkir sepanjang port. Tidak lama, seorang bapak menawarkan jasa untuk mengantar menggunakan perahu kecilnya. Setelah nego, dapat harga tigapuluh ribu untuk perjalanan sekitar satu jam menyusuri pelabuhan. Tidak begitu menarik, selain air yang kotor, beberapa orang kapal sedang bersih-bersih atau memperbaiki kapalnya, yang lain mencuci pakaian, dan anak-anak yang asiknya berenang berlompat-lompat untuk meminta uang. Pemandangan yang biasa.
40 menit menggunakan kapal kecil, didayung oleh bapak tua yang asalnya dari Sulawesi dan sudah tinggal di Sunda Kelapa sejak 1963. Saya diturunkan di kampung nelayan di Pasar ikan, sebelah barat Sunda Kelapa. Menyusuri jalan perkampungan yang sepertinya tidak ada jalan tembusnya. Tau-tau sudah sampai di depan perkantoran Gedong Panjang, dan perjalanan kembali menuju kota tua.
Pecinan Glodok
Fiuuuh... hari yang melelahkan, panas, ngak terasa udah seharian muter-muter Jakarta (bukan Mall) HAHAHA... Pecinan Glodok sudah hampir sore, mampir toko DVD dan kamera dulu di Glodok Plaza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar